[LIPUTAN] Sehari Bersama Anak-Anak Cigarugak di Festival Anak Bertanya

oleh Tim Relawan Hari Belajar Anak KAIL

Pada tanggal 20 Mei 2017 yang lalu, Tim KAIL mendampingi satu kelompok peserta Hari Belajar Anak (HBA) KAIL dari Kampung Cigarugak, Desa Giri Mekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di Festival Anak Bertanya (FAB). FAB adalah sebuah event yang diselenggarakan setiap tahun dan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengenal dan bertanya tentang aktivitas-aktivitas dari komunitas-komunitas yang berkaitan dengan anak. Selama tiga tahun terakhir, kebetulan selalu diselengarakan pada bulan Mei di Sabuga ITB. Peserta yang didampingi tersebut berasal dari Kampung Cigarugak, Desa Giri Mekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Festival ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh gerakan anakbertanya.com yang diluncurkan pada tahun 2013. Wadah ini menjawab keingintahuan anak-anak tentang berbagai hal mulai dari alam semesta, makhluk hidup, lingkungan sekitar, kehidupan di kota dan desa, perilaku manusia, dan lainnya. Dalam festival ini, anak-anak pun berkesempatan belajar mengenai berbagai hal dalam stand-stand yang ada.

Untuk tahun ini, terdapat stan-stan dari lembaga/komunitas dari bidang Promosi IPTEKS, Edukasi, Pengayaan Wawasan, dan Hak Asuh & Pendidikan Anak. Lembaga dan komunitas tersebut antara lain adalah: Galeri Sains Sabuga, Langitselatan, Observatorium Bosscha, The Little Engineer, Planet Sains, Bengkel Sains UNPAR, Planetarium LAPAN, anakbertanya, SekolahGagas Ceria, Ruang Cilik, Rumah Mentari, Rumah Bintang, Pramuka ITB, DAMKAR Bandung, Kebun Raya Cibodas, Ecocamp, Jendela Ide Sabuga, Robo Buddy, YayasanLitara, Freakidz, Semesta Tari, Sanggar Seni Barboovie, Kaya Kayu Indonesia, Procode CG, Panahdotid, DAMKAR Bandung, SOS Children’s Villages Indonesia, Dyslexia Parents Support Group, Yayasan Sayangi Tunas Cilik, dan Terapi Alam.

Selain bisa mengunjungi tiap stan, anak-anak juga bisa menikmati pertunjukan tari anak-anak berkebutuhan khusus dari Login Foundation, pantomim dari Kak Wanggi Hoediyatno, dongeng dari Kak Arnel & Kak Dandi, bernyanyi bersama Peduli Musik Anak dan Rumah Musik Harry Roesli, dan masih banyak lagi. Anak-anak juga bisa mencoba wahana planetarium mini yang disediakan LAPAN, wahana lalu lintas seluas Yayasan Sayangi Tunas Cilik serta mencoba olahraga panahan dari Panahdotid.

Anak-anak juga bisa menonton film-film anak yang bertema sains dan sosial di bioskop mini yang disediakan. Acara ini dapat diikuti secara gratis oleh anak-anak sampai dengan usia lima belas tahun. Untuk orang dewasa dikenakan tiket masuk sebesar dua puluh ribu rupiah yang dapat ditukarkan dengan makan siang.

Sejak pukul 7.30 pagi, anak-anak Cigarugak telah berkumpul di Rumah KAIL. Mereka bermain di Kebun Kail sambil menunggu kakak-kakak yang datang membawa konsumsi dan angkutan yang akan membawa mereka ke Sabuga. Pukul 8.30, anak-anak pun berangkat ditemani oleh kakak-kakak yaitu Kak Anto, Kak Rani, Kak Nung, dan staf Kail Kak Debby, Kak Melly, dan Kak Siska. Bergabung juga beberapa perwakilan orang tua anak Cigarugak yang turut menjadi pendamping. Rombongan akhirnya tiba di tempat kegiatan yaitu Gedung Sabuga ITB pada pukul 9:50. Rombongan lalu bertemu dengan kakak-kakak relawan yang lain sudah menunggu di sana, yaitu Kak Terra dan Kak Tira.

Seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan kelompok usia, yaitu 5-7 tahun (1 kelompok), 8-10 tahun (2 kelompok) dan 10-12 tahun (1 kelompok). Masing-masing kelompok di dampingi oleh seorang kakak Cigarugak, relawan Kail dan perwakilan orang tua. Setiap kelompok memilih sendiri rute kunjungan festivalnya.

Pengalaman yang cukup berkesan yang dialami oleh salah satu kelompok yang didampingi oleh Kak Siska adalah bertemu dengan kakak-kakak dari Pemadam Kebakaran Kota Bandung (DAMKAR). Di stan DAMKAR, adik-adik melihat dan memegang langsung ular sanca yang diamankan dari permukiman warga oleh petugas DAMKAR. Mereka juga berkesempatan mencoba berbagai peralatan DAMKAR seperti peralatan Vertical Rescue yang digunakan untuk penyelamatan dan pengangkatan. Setelah mengunjungi stand DAMKAR, mereka mencoba berbagai eksperimen sains sederhana di stan Bengkel Sains Unpar, mencoba kursi papan paku yang menggunakan prinsip tekanan, telepon kaleng, hingga melihat pembuatan es putar. Selain itu, mereka juga turut menggambar juga di stan Kebun Raya Cibodas. Di stand ini hampir semua mendapatkan souvenir tanaman dalam pot.

Anggota kelompok yang lain, yaitu 6 orang adik berusia 8-10 tahun, ditemani oleh Kak Melly. Mereka sangat antusias mengikuti berbagai kegiatan yang ada. Meskipun pengalaman baru, mereka bersemangat memulai perjalanan dari stan yang bertema sains, menyusuri satu persatu tiap stan, mengamati dan mencoba berbagai hal. Di stan sains, anak-anak mengamati stan yang berkaitan dengan tatasurya dan berbagai percobaan sains lainnya, seperti merasakan duduk di kursi berpaku tapi tidak merasakan sakit, mencoba berkomunikasi dengan telepon dari kaleng bekas susu, dsb. Di stan seni, anak-anak senang bisa bertemu kembali dengan Bude Ratna dari Semesta Tari.

Mereka ingat dengan Bude, sebagai salah satu narasumber yang pernah bermain dan mengajarkan mereka menari di Rumah KAIL. Di sisi stan lainnya, mereka mendengar story telling dan melihat teater kecil dari Komunitas Jendela Ide, menonton atraksi DAMKAR dan membuat origami di stan Rumah Mentari. Juga yang tak kalah menariknya adalah menonton pertunjukan seni di panggung hiburan dan suguhan film-film anak.

Yang paling berkesan menurut kelompok ini adalah, saat mereka melihat ‘pertunjukan sulap’ di stand Bengkel Sains Unpar.  Melihat es yang bisa mengeluarkan asap dan mencoba dimasukkan ke mulut. Keheranan tergambar di wajah mereka.  Akhirnya seorang kakak dari Unpar menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Satu lagi, di stan tersebut ada lomba mencari koin di dalam ember bertepung. Kalau mereka berhasil mendapatkan koin tersebut, mereka mendapatkan hadiah es krim. Woow! Meskipun mulanya mereka masih malu bertanya, tetapi lama kelamaan keberanian mereka mulai muncul untuk bertanya dan mencoba hal baru lainnya.

Di kelompok anak-anak yang lebih kecil, Kak Terra menjadi kakak relawan pendamping. Pada awalnya terdiri dari empat anak. Kemudian satu persatu anak-anak memisahkan diri karena ingin bersama dengan ibunya atau kakaknya. Mula-mula mereka mendatangi stan pemadam kebakaran. Di stan ini mereka masih takut-takut sehingga Kak Terra perlu memberikan contoh untuk mencoba berbagai hal yang ada di stan ini.

Setelah dari stan pemadam kebakaran, mereka mendengarkan dongeng di stan Jendela Ide. Mereka juga mengunjungi stan Pramuka, di mana mereka takjub melihat sebuah wajan yang berisi air bergolak tetapi tidak panas. Setelah itu, mereka mewarnai bunga Raflesia di belakang stan Kebun Raya Cibodas. Mereka kemudian ke Bengkel Sains UNPAR untuk mendapatkan es krim dengan cara mencari koin yang berada di sebuah larutan yang keras, tetapi bisa mencair. Larutan tersebut adalah air yang dicampur dengan maizena. Mereka terlihat sangat antusias dan bersemangat, tetapi kurang beruntung, karena tidak berhasil mendapatkan koin sampai batas waktu yang ditentukan.

Setelah itu, mereka berkeliling dan masuk ke galeri Gagas Ceria. Di sana mereka mendengarkan cerita dari sebuah buku dan bermain. Mereka terlihat sangat antusias dan sudah tidak terlihat malu-malu lagi.

Di sela mengunjungi berbagai stan, anak-anak menikmati bekal snack dan makan siang yang dibawa dari Rumah KAIL. Setelah puas bermain dan bertanya, mereka pulang bersama. Rombongan tiba kembali di Rumah KAIL sekitar pukul 17.30 WIB.  Terima kasih untuk semua kakak relawan dan orang tua yang telah mendampingi para peserta. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi para anak-anak Cigarugak.

Tidak ada komentar: