Cara Membuat Sabun Sendiri














Alat-alat:
    • Panci stainless steel
    • Pengaduk
    • Termometer
    • Kompor
    • Cetakan
Bahan-bahan:
    • 300ml minyak kelapa
    • 100gram stearic acid
    • 200ml larutan NaOH (soda kaustik) (kadar : 1 NaOH dalam 3 gelas air)
    • 200gram gula pasir
    • 30ml gliserin
    • 200ml alkohol 96%
    • Essens
    • Pewarna makanan
Cara pembuatan:
  1. Tuangkan minyak kelapa ke dalam panci, panaskan sampai suhu 90⁰C. Matikan kompor.
  2. Masukkan stearic acid sambil terus diaduk dengan pengocok telur (hand mixer).
  3. Tuangkan soda kaustik (NaOH).
  4. Masukkan gula, gliserin, dan terakhir alkohol. Terus diaduk sampai campuran benar-benar larut.
  5. Panaskan kembali di atas api kecil hingga suhu kurang lebih 75⁰C. Matikan kompor.
  6. Masukkan essens dan pewarna.
  7. Saring dengan kain kasa ke wadah/cetakan yang bersih.
  8. Tunggu kira-kira satu sampai dua jam sampai sabun benar-benar mengeras.
Narasumber:






Santi (GSSI)
Disampaikan dalam Hari Belajar KAIL. 
Bandung, 20 Desember 2013

Belajar Membuat Sabun Sendiri

Pada hari belajar KAIL, tanggal 20 bulan Desember 2013 yang lalu, KAIL kedatangan seorang ibu dari GSSI yang biasa dipanggil dengan sapaan Teh Santi. Beliau menjadi narasumber yang memperagakan cara membuat sabun sendiri. 

Antusiasme dari para peserta yang kebanyakan adalah ibu-ibu juga, membuat suasana belajar menjadi semarak. Sabun-sabun dicetak ke dalam gelas plastik, sementara Teh Santi sudah menyiapkan sabun-sabun berbentuk cangkang kerang yang dibagi-bagikan kepada peserta setelah selesai acara.




Tim KAIL lengkap menghadiri kegiatan Hari Belajar KAIL di penghujung tahun 2013 ini, Melly Amalia, Navita Astuti, David Ardes, Selly Agustina, dan Any Sulistyowati. Bersama dengan anak-anak yang belajar tentang membuat keju, suasana di Urban Center YPBB yang terletak di Jl. Sidomulyo no 21 terasa ramai dan riang. Kegiatan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB ditutup pada pukul 16.30 WIB, namun masih ada orang-orang yang bercengkrama dan bertukar pikiran.


Tim KAIL Mengajar Cara Berpikir Sistem untuk Peserta CSL 2013




Pada tanggal 2 – 8 Desember 2013, Tim KAIL yang beranggotakan David Ardes Setiady dan Selly Agustina menjadi salah satu pemateri tentang Cara Berpikir Sistem untuk program Climate Smart Leaders Camp 2013 (disingkat CSL Camp 2013). Acara CSL Camp 2013 merupakan program tahunan Yayasan Pembangunan Berkelanjutan yang bertujuan untuk memperkenalkan isu pembangunan berkelanjutan (sustainable development) kepada para anak muda Indonesia sehingga dapat sedini mungkin mengambil tindakan untuk perubahan yang lebih baik. CSL Camp 2013 merupakan angkatan ke-4 semenjak diadakan pada tahun 2010. Para peserta CSL dibagi ke dalam 2 kategori yaitu : kategori pelajar SMU dan kategori mahasiswa.

CSL Camp 2013 mengambil lokasi di kampus IPB Darmaga, di mana menjadi lingkungan yang cukup mendukung pembelajaran para peserta tentang isu pembangunan berkelanjutan, secara khusus tentang perubahan iklim. Tim KAIL mengisi pada hari ke-2 yakni pada tanggal 3 Desember 2013 untuk memperkenalkan Cara Berpikir Sistem (disingkat CBS) kepada para peserta. Dengan memperkenalkan CBS, para peserta diharapkan bisa mengukur dampak dari project yang mereka rancang setelah memetakannya ke dalam Causal Loop Diagram.
David Ardes Setiady menjadi fasilitator utama untuk memperkenalkan CBS kepada para peserta, dibantu oleh Selly Agustina sebagai co-fasilitator. Sementara juga ada Annye Meilani dari YPB dan Michael Zakarias sebagai pementor kelompok.

Para peserta CSL berkenalan dengan istilah-istilah : indikator, behavior over time diagram (BOT), Causal Loop Diagram (CLD), reinforcing loop, balancing loop, S/O.

Para peserta sedikit mengalami kesulitan untuk memetakan project yang telah mereka rancang, namun dengan bimbingan dari para pementor, mereka mulai memahami indikator-indikator yang harus mereka susun. 

Pembelajaran tentang CBS mengantarkan mereka untuk memahami materi-materi yang lain tentang pembangunan berkelanjutan, serta melihat kompleksitas persoalan yang ada di lapangan. Namun, kiranya pengalaman ini menguatkan mereka dalam melaksanakan project di lapangan dan ke depannya mereka  bisa menjadi pemimpin yang menentukan kebijakan bagi Indonesia.

[Info Kegiatan] Pelatihan Menulis : Kota dan Impianku



"Kota dan Impianku" menjadi tema Pelatihan Menulis Untuk Transformasi Diri dari Kail kali ini. 

Apa saja mimpi dan harapan kamu terhadap kota Bandung tercinta ini? Kamu bisa menuangkan mimpi dan harapan kamu ke dalam tulisan. 
Lalu bagaimana cara agar tulisan kamu bisa menginspirasi orang lain?
Ikuti Pelatihan Menulis Untuk Transformasi Diri.

Minggu, 15 Desember 2013 l 09.00-16.30 l Urban Center YPBB, Jl Sidomulyo No.21 Bandung.
Kontribusi Rp 75.000. Tempat terbatas, ayo buruan daftar!

[Info Kegiatan] Membuat Sabun dan Keju



Kembali hadir di penghujung akhir tahun, HARI BELAJAR KAIL

Agenda :
# Membuat Sabun, bersama teh Santi GSSI (dewasa)
# Membuat Keju, bersama Dody Alfajr (anak-anak)

Jumat, 20 Desember l 14.00-17.00 l Jl Sidomulyo No.21 Bandung


CP : Melly Amalia (082127253087, 085794904686)
Email : kail.informasi@gmail.com
FB : Kuncup Padang Ilalang
Twitter : @kail_bandung
www.kail-bandung.blogspot.com

Membuat Selai Strawberry sendiri

Bahan:
- strawberry 
- jeruk nipis 
- gula pasir 

Perbandingan antara strawberry dan gula pasir adalah 1:1. 

Jeruk nipis:
- Berfungsi untuk menimbulkan kadar asam pada selai 
- Banyaknya disesuaikan dengan tingkat keasaman yang diinginkan. 

Cara membuat: 
1. Potong strawberry kecil-kecil sehingga mudah hancur. 
2. Peras jeruk nipis, ambil air perasannya.
3. Potong kecil-kecil kulit jeruk nipis. 
4. Masukkan bahan-bahan tersebut ke dalam panci.
5. Tambahkan gula pasir. 
6. Masak dengan api sedang. 
7. Aduk-aduk terus, sampai olahan strawberry mengental dan menyerupai selai. 
8. Matikan api dan diamkan selai sebentar sampai dingin. 
9. Selai strawberry siap disajikan.

Narasumber: 
Yulia Nadya Mustika (Nana)
Disampaikan dalam Hari Belajar KAIL, 29 November 2013

Membuat Selai Strawberry

Ternyata, perlu tenaga juga, ya... untuk mengaduk saos strawberry dan perlahan berubah menjadi selai. Itu yang saya rasakan dan secara bergantian dengan teman-teman lain saat mengaduk olahan strawberry. Hari Belajar Kail tanggal 29 November 2013 ini dipandu oleh Yulia Nadya (Nana) dan mengambil tempat di Urban Center YPBB, jalan Sidomulyo No. 21 Bandung. 


Dengan bahan dan proses yang sangat sederhana, kita bisa membuat selai sendiri. Bahan yang dibutuhkan juga tidak terlalu rumit. Cukup menyiapkan bahan strawberry, jeruk nipis dan gula pasir. Perbandingan antara strawberry dan gula pasir adalah 1:1. Fungsi jeruk nipis adalah untuk menimbulkan kadar asam pada selai dan banyaknya disesuaikan dengan tingkat keasaman yang diinginkan. Proses pembuatannya, pertama strawberry dipotong kecil-kecil sehingga memudahkan untuk hancur. Lalu jeruk nipis diperas airnya dan kulitnya juga dipotong-kecil. Kedua bahan tersebut dimasukkan ke dalam panci dan ditambahkan gula pasir, lalu dimasak dalam api sedang. Sambil diaduk-aduk terus, sampai olahan strawberry mengental dan menyerupai selai. Setelah itu, api dimatikan dan selai didiamkan sebentar. Dan, selai strawberry pun siap disajikan.
 
Sengaja kami menyediakan lembaran roti untuk dioles selai strawberi dan langsung disantap. Yummi, sedaap! Kalian pun bisa mencobanya.

Liputan CBS November 2013



Pelatihan Cara Berpikir Sistem
Oleh: Rina Fardiana dan Ayu Yuliyanti Purwandari

Minggu lalu, tanggal 17 November 2013 kami mengikuti pelatihan cara berpikir sistem yang diadakan oleh KAIL di Bandung. Ini adalah kali pertama kami mengikuti workshop atau pelatihan di luar kota Jakarta. Awalnya kami mengira pelatihan ini adalah pelatihan untuk membiasakan diri berpikir secara runut alias ga ngalur ngidul dan fokus. Merasa sebagai orang yang suka berpikir ngalur ngidul akhirnya kami memutuskan untuk ikut pelatihan J. Selama dan setelah mengikuti pelatihan, seluruh peserta diajak lebih dari sekedar berpikir runut. Kami belajar melihat hubungan sebab dan akibat antar suatu hal dengan hal lain, melihat masalah secara menyeluruh dari berbagai aspek dan menentukan titik strategis dimana intervensi bisa dilakukan dalam sebuah sistem.

Pelatihan dimulai dengan perkenalan antar peserta dan panitia lalu dilanjutkan dengan permainan. Kegiatan awal ini membuka suasana pelatihan menjadi lebih santai. Ruangan pelatihan yang tidak terlalu luas membuat peserta lebih mudah berinteraksi satu sama lain dan seluruh peserta lebih mudah dipastikan mengikuti seluruh kegiatan pelatihan. Sambil lesehan dan menikmati snack dari panitia kami mendapatkan materi pertama yaitu pengertian sistem.
   



Diskusi berjalan antar peserta dan pembicara. Dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berkaitan dan membentuk sebuah pola hubungan, begitu kata Mba Any sebagai pembicara. Kegiatan pelatihan tergolong interaktif sehingga seluruh peserta aktif mengutarakan pendapat tidak hanya sebagai penerima informasi yang pasif. Kami menyukai cara Mba Any menyampaikan materi. Beliau melakukan konfirmasi untuk memastikan seluruh peserta memahami materi yang disampaikan sebelum ke materi selanjutnya.

           Kegiatan berlanjut, peserta dibagi menjadi empat kelompok, terdapat kelompok sistem pendidikan, kondisi sampah di Bandung, pertanian dan Indonesia bagian timur. Di dalam kelompok peserta dibebaskan berimajinasi tentang kondisi yang ideal di topik masing-masing. Kurang lebih, hasil diskusi kelompok menunjukkan peserta ingin ada sekolah gratis dengan fasilitas yang super duper lengkap dan pembelajaran yang oke, Bandung bersih dan bebas dari sampah, Indonesia bagian timur yang dapat dikelola dengan maksimal oleh anak negeri dan tidak dieksploitasi pihak luar lalu kondisi pertanian di Indonesia yang maju dan maksimal. Kami belajar tidak hanya mengenal dari background kami sendiri yaitu pendidikan tetapi kami pun dapat mengenal atau belajar dari berbagai lintas bidang ilmu pengetahuan lainnya.
                          
Diskusi pun berlanjut semakin seru. Materi berlanjut ke Unintended Consequences atau konsekuensi dari solusi yang malah merugikan bagi pengambil kebijakan. Kami diajarkan untuk memahami sebuah kondisi dengan open minded dan berani untuk keluar dari zona ruang kami yang idealis. Mba Any menegaskan bahwa jangan sampai kebijakan atau solusi yang diambil untuk menyelesaikan masalah adalah solusi jangka pendek dan mengabaikan dampaknya dalam jangka panjang. Solusi bukanlah solusi untuk orang-orang saat ini saja tetapi juga dapat berlanjut pada generasi ke depannya. 

Pembicara melanjutkan materi dengan Behaviour Over Time Diagram atau BOT. BOT adalah diagram indikator sebuah elemen di masa lampau, kini dan akan datang dengan ataupun tanpa intervensi. Berangkat dari harapan yang ideal pada masing-masing topik, peserta (masih dalam kelompok) diminta menentukan elemen-elemen atau hal-hal netral yang bisa mendukung harapan peserta tercapai lalu membuat BOT setiap elemen. Pembuatan BOT menggunakan data yang diasumsikan oleh peserta karena ini sebatas pelatihan. Misalnya perbanyak jumlah sekolah gratis. Hal yang mendukung sekolah gratis adalah dana dari pemerintah. Pada pelatihan membuat BOT peserta bisa mengasumsikan jumlah dana pendidikan dari pemerintah dari dulu sampai masa yang akan datang terus stabil tanpa adanya intervensi tetapi jika diberi intervensi maka jumlah dana pendidikan meningkat tajam. Hal ini berakibat pada sekolah gratis semakin banyak. Itu adalah salah satu contoh elemen, tentu tidak hanya satu elemen yang membuat sekolah gratis bertambah banyak. Peserta dalam kelompok membuat banyak BOT dari kemungkinan-kemungkinan elemen yang ada.
     
Setelah berlatih membuat BOT, setiap peserta diminta menentukan dua peserta lain yang mereka kagumi. Panitia membuat mapping hasil permainan. Mapping yang dibuat oleh panitia mempermudah kami dan peserta lain melihat hubungan antar peserta, terdapat leverage point atau peserta dengan pengagum terbanyak. Pada kasus ini, peserta dengan jumlah pengagum terbanyak berarti diikuti oleh banyak orang. Kami diajak berpikir secara logika jika ingin mengubah peserta maka dimana letak strategis intervensi dilakukan tanpa perlu mengubah satu per satu. Tentu saja jawabannya adalah peserta dengan pengagum terbanyak.

Berangkat dari contoh kecil tadi, peserta diminta untuk membuat mapping sebab akibat dari berbagai grafik BOT yang sudah dibuat sebelumnya. Melalui mapping yang dibuat peserta dapat melihat dimana letak leverage point dan hubungan sebab akibat antar BOT elemen dengan jelas. Hubungan sebab akibat ini nantinya bisa mempengaruhi alur intervensi.
                
Untuk lebih jelasnya, fasilitator mengajak peserta membentuk lingkaran. Fasilitator ingin memberikan intervensi dengan catatan tangan kanan mengikuti gerak tangan kiri dan tangan kiri mengikuti gerak tangan kanan orang disamping. Dapat dilihat bahwa dalam lingkaran ini seluruh peserta mengikuti peserta disamping kirinya, maka ini adalah loop tertutup. Fasilitator mencontohkan hanya dengan mengintervensi satu peserta dalam loop, seluruh peserta akan ikut bergerak atau terintervensi hingga akhirnya tujuan tercapai.
     



Tercapainya tujuan hanya dengan satu kali intervensi menunjukkan bahwa leverage point sangat berpengaruhi pada pola sebuah sistem. Leverage point bisa ditemukan jika mapping sebab akibat dalam hubungan elemen dilakukan. Mapping sebab akibat dapat dilakukan jika indikator atau elemen yang mempengaruhi tujuan diketahui. Elemen atau hal-hal ini dapat diketahui secara detaik tanpa ada yang terlewat jika kita melihat sebuah masalah dari berbagai sudut dan menyeluruh. 

Dari pelatihan ini, kami menyimpulkan bahwa melihat sebuah hal secara menyeluruh dari berbagai aspek sangat diperlukan agar masalah terlihat lebih jelas. Penentuan solusi, tindakan atau intervensi menjadi lebih akurat karena berbagai kemungkinan terlihat melalui hubungan sebab akibat setiap elemen. Pemberian intervensi pun bisa dilakukan secara efektif.



Secara keseluruhan pelatihan berpikir sistem bersama KAIL membuat kami lebih mawas diri untuk melihat masalah atau fenomena dari berbagai sisi sebelum menentukan tindakan yang tepat. Ini perlu agar dampak negatif yang tidak diperkirakan bisa diminimalisir kemungkinannya untuk terjadi. Pelatihan ditutup dengan sharing harapan dan kekhawatiran mengikuti pelatihan lalu foto bersama.
                         
Berbicara di luar dari topik pelatihan, meski pelatihan dari Kail ini bisa dikatakan sebagai skala kecil dimana isi pesertanya berkisar 25 orang. Namun panitia tetap memperhatikan kualitas dari acara yang diberikan kepada peserta. Di sisi lain, panitia mengajak peserta untuk hidup ramah lingkungan. Saat makan siang, kami diberi tahu peraturan dalam makan siang. Kami diminta untuk menandakan gelas untuk menghemat pencucian gelas karena tidak menggunakan gelas plastik yang sekali buang dan memisahkan sampah organik dan anorganik ketika membuang sampah sisa makanan. Lebih dari itu, perlengkapannya sendiri yang digunakan juga ramah dengan lingkungan dengan memakai gelas kaca untuk minum maupun makan. Hal ini adalah pengalaman yang mengesankan bagi kami..