[INFO KEGIATAN] Pelatihan Cara Berpikir Sistem 20 Oktober 2018



Dalam keseharian kita sering mendengar istilah sistem. Mulai dari sistem pencernaan, sistem pendidikan, hingga sistem alam semesta. Sistem adalah kumpulan elemen yang saling terhubung, dengan fungsi dan tujuan tertentu.

Dengan berlatih Cara Berpikir Sistem, kita akan memiliki cara pandang yang lebih holistik untuk memahami realita sebagai sistem kompleks. Penerapan Cara Berpikir Sistem dapat membantu kita menganalisis persoalan dan menyusun rencana yang lebih strategis.

Mari belajar dan berlatih bersama di kegiatan:

Pelatihan Cara Berpikir Sistem
Angkatan ke-36
"Pengembangan Organisasi dan Masyarakat”

Sabtu, 20 Oktober 2018
Pukul 08:00-18:00

di Rumah KAIL
Kp. Cigarugak, RT 03/RW 12, No. 37,
Desa Girimekar, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung
Peta: bit.ly/rumahkail

Kontribusi:
> Rp 125.000 (Mahasiswa D1-S1/Aktivis/Pekerja Sosial)
> Rp 250.000 (Mahasiswa S2-S3/Karyawan/Umum)
*Tersedia biaya khusus untuk pendaftaran berkelompok 6 orang.

Silakan mengisi formulir pendaftaran di bit.ly/CBS1810
Paling lambat tanggal Rabu, 17 Oktober 2018 (Pukul 09.00), kuota terbatas.

Informasi lebih lanjut:
0813-9429-0336 (SMS/WA)
kail.informasi@gmail.com

Terima kasih atas perhatian yang diberikan.

[INFO KEGIATAN] Klub Cara Berpikir Sistem: Systems Archetype



Bagaimana perasaan Anda setelah mengikuti pelatihan CBS dasar?
Masih punya pertanyaan? Masih ingin belajar & mengulik?

Tahukah Anda jika pelatihan CBS dasar hanya sebagian kecil mengenai semesta cara berpikir sistem? Bagi yang masih bersemangat belajar, mari belajar bersama di kegiatan:

Klub CBS September 2018
Systems Archetype
Trainer: Any Sulistyowati

Hari: Sabtu, 22 September 2018
Waktu: 13.00-18.00

Tempat: Rumah KAIL
Kp. Cigarugak, RT 03/RW 12 No. 37,
Desa Girimekar, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung (bit.ly/rumahkail)

Biaya Kontribusi: Rp 25.000,00/peserta
(Peserta akan mendapatkan snack sore. KAIL juga membuka kesempatan bagi peserta untuk menyumbang secara sukarela atau berbagi makanan sehat-tidak bersampah untuk dibawa saat pelatihan. Kami berusaha agar klub ini dapat disokong bersama-sama para anggota sehingga kegiatan ini dapat terus berlanjut.)

Pendaftaran:
(Kegiatan ini terbatas untuk alumni pelatihan Cara Berpikir Sistem KAIL semua angkatan.)

Informasi:
0813-9429-0336 (SMS/WA)

[INFO KEGIATAN] Pelatihan Cara Berpikir Sistem 15 September 2018


Perkumpulan KAIL kembali menyelenggarakan

Pelatihan Cara Berpikir Sistem
Angkatan ke-35
"Pengembangan Organisasi dan Masyarakat”

Sabtu, 15 September 2018
Pukul 08:00-18:00

di Rumah KAIL
Kp. Cigarugak, Desa Girimekar, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung
Peta: bit.ly/rumahkail

Kontribusi:
Rp 125.000 (Mahasiswa D1-S1/Aktivis/Pekerja Sosial)
Rp 250.000 (Mahasiswa S2-S3/Karyawan/Umum)
*Tersedia biaya khusus untuk pendaftaran berkelompok 6 orang.

Silakan mengisi formulir pendaftaran di bit.ly/CBS0918
Paling lambat tanggal 13 September 2018 (pukul 09.00), kuota terbatas.

Informasi:
0813-9429-0336(SMS/WA)
kail.informasi@gmail.com

Mari kita belajar berpikir sistem bersama untuk menghadapi tantangan-tantangan dunia. Sampai jumpa di Rumah KAIL.

Salam,
Perkumpulan KAIL

#systemsthinking #KailBandung #caraberpikirsistem #bandung #workshop #workshopbandung

[INFO KEGIATAN] Donasi Barang Kebutuhan Anak untuk Bazaar Ultah KAIL 2018


Donasikan barang bekas layak pakai Anda!

Dalam rangka perayaan HUT KAIL ke-16 dan HUT RI ke-73, KAIL kembali mengadakan Bazaar murah kebutuhan anak-anak untuk warga Kampung Cigarugak, Desa Girimekar, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung.

KAIL mengajak kawan sekalian mendonasikan barang (diutamakan bekas) untuk berbagai kebutuhan anak.

Donasi dapat berupa:
buku bacaan (non-pelajaran), majalah, mainan, perlengkapan sekolah, alat gambar/warna, alat olahraga, perlengkapan kebersihan, peralatan makan dan minum, pakaian dan aksesoris anak, serta alat musik.

Batas akhir pengumpulan donasi:
Rabu, 15 Agustus 2018.

Narahubung:
Kukuh 0857-2534-4197 (WA/SMS)

*Barang yang didonasikan harus layak pakai.
**Penggunaan barang bekas untuk memperpanjang umur pakai barang.
**Hasil penjualan di Bazaar akan digunakan untuk mendukung kegiatan anak di Kampung Cigarugak.

Mohon bantuan kawan-kawan untuk menyebarkan informasi ini dan mengajak orang lain untuk berdonasi juga!

Terima kasih 😊 🙏

#16tahunKAIL #kailbandung #bandung

[INFO KEGIATAN] Klub Cara Berpikir Sistem 28 Juli 2018: Mengenal Leverage Point



Dear alumni Pelatihan Cara Berpikir Sistem KAIL,

Bagaimana perasaan rekan-rekan setelah mengikuti pelatihan CBS dasar? Merasa masih bingung atau ingin belajar lebih lanjut? 
Tahukah rekan, jika pada pelatihan dasar, kita hanya belajar beberapa dari 12 tipe leverage point?

Bagi rekan yang masih penasaran, mari belajar bersama di kegiatan:

Klub CBS Juli 2018:
Mengenal Leverage Point
(Trainer: Any Sulistyowati)

Hari: Sabtu, 28 Juli 2018
Waktu: 08.00-17.30
Tempat: Rumah KAIL
Kp. Cigarugak, RT 03/RW 12 No. 37,
Girimekar, Cilengkrang,
Kab. Bandung (bit.ly/rumahkail)

Biaya Kontribusi:
Rp 50.000,00/peserta
(Termasuk makan siang dan snack. KAIL juga membuka kesempatan bagi peserta untuk menyumbang secara sukarela agar kegiatan ini dapat terus berlanjut.)
.
Pendaftaran bit.ly/klubcbsleveragepoint
Maks. Rabu, 25 Juli 2018

(Kegiatan ini terbatas untuk alumni pelatihan Cara Berpikir Sistem KAIL semua angkatan.) Informasi: 0813-9429-0336 (SMS/WA)

#systemsthinking #caraberpikirsistem #KlubCBS

[LIPUTAN] Hari Belajar KAIL: Mengambil Pilihan Pangan Berkesadaran 27 Mei 2018

Hari Belajar KAIL (HBK) bulan ini bertema “Mengambil Pilihan Pangan Berkesadaran”. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2018 ini menghadirkan dua narasumber utama: Susen Suryanto dari PIKPL Semanggi dan Angga Dwiartama, seorang dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Hayati, Institut Teknologi Bandung. Peserta dari kegiatan ini dihadiri oleh 9 orang peserta. Tidak kurang dari 3 relawan KAIL mendukung kegiatan ini , yaitu Fikri Amri dan Melly Amalia sebagai notulis serta Umbu Justin sebagai dokumentasi foto. Sedangkan 5 orang staf KAIL turut hadir sebagai relawan pada hari tersebut.

Foto bersama dengan peserta dan narasumber

Pembicara pertama, Susen Suryanto, mengawali kegiatan belajar bersama ini dengan membawakan topik “Kedaulatan Pangan Keluarga”. Ia memulai presentasinya dengan mengangkat hubungan pangan dengan kesehatan manusia. Pangan dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan berkembang. Namun, agar mencapai fungsinya yang optimal dan demi tercapainya kesehatan manusia yang mengonsumsi pangan tersebut, maka penting sekali untuk memperhatikan bagaimana memproses suatu makanan.

Susen juga mengajak peserta untuk mempertanyakan tentang kemandirian manusia dalam mengadakan bahan pangan itu dalam hidup kesehariannya. Apakah manusia, khususnya masyarakat di Indonesia telah berdaulat pangan? Apakah bedanya antara ketahanan pangan dan kedaulatan pangan? Sesungguhnya, suatu masyarakat mampu mencapai kedaulatan pangannya apabila ia mampu mengendalikan, mengadakan sendiri pangannya sejak dari pengadaan benih tanaman pangan itu sendiri.

Narasumber Susen Suryanto

Namun, pengadaan bahan pangan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh keaslian lingkungan asal dari tanaman pangan. Sehingga tanaman pangan yang khas tumbuh di suatu daerah, belum tentu memiliki rasa yang sama apabila ditumbuhkan di daerah lain. Susen memberi contoh ubi cilembu yang merupakan tanaman khas dari desa Cilembu, di kaki gunung Kareumbi, Jawa Barat. Apabila ubi cilembu ditumbuhkan di Papua misalnya, maka rasa manis ubi yang ditanam di Papua, tidak sama dengan rasa manis ubi yang tumbuh di daerah asalnya. Oleh karena itu, Susen mempercayai bahwa faktor genetik, lingkungan dan interaksi antara genetik dan lingkungan sangat besar pengaruhnya pada rasa dan penampilan suatu bahan pangan.

Susen menutup presentasinya dengan menekankan kepada pentingnya pertanian dalam seluruh kehidupan manusia. Oleh karena itu, jika selama ini para petani dan bidang pertanian itu sendiri, seolah-olah menjadi inferior dibandingkan aspek-aspek kehidupan lainnya, maka perlu untuk mengubah paradigma tersebut.

Materi belajar yang kedua pada HBK ini dibawakan oleh Angga Dwiartama. Angga membawakan materi berjudul “Menelusuri Jejak Pangan Kita”. Ia mengawali materinya dengan ajakan kepada para peserta untuk merefleksikan tentang makanan yang dikonsumsi selama satu minggu terakhir. Apa saja yang sudah dimakan? Dari mana makanan tersebut didapat? Dari mana penjual mendapatkan makanan tersebut? Sejauh mana kita bisa menelusuri rantai pangan kita sendiri?
Makalah yang dibawakan Angga ini mengacu pada buku yang ditulis oleh Michael Carolan, berjudul “No One Eats Alone”. Michael meyakini bahwa, ketika seseorang makan, ia tidak makan sendirian. Ia berinteraksi dengan seluruh pihak yang terlibat dalam proses pengadaan bahan pangan tersebut.

Narasumber Angga Dwiartama

Maka, pangan itu sendiri memiliki sebuah sistem. Sebuah sistem pangan adalah sistem yang menghubungkan pelaku pangan mulai dari pihak yang memproduksi, pihak yang memasarkan hasil produksi hingga kepada pihak yang mengonsumsi pangan tersebut.

Lebih jauh lagi, Angga mengajak untuk turut mempertimbangkan satu faktor dalam sistem pangan, yaitu ecological footprint (jejak ekologi) di dalam sistem pangan kita. Jejak ekologi di dalam sistem pangan mengukur dampak langsung serta tidak langsung dari mekanisme pengadaan bahan pangan yang dikonversi ke dalam jumlah karbon yang dihasilkan dari pengadaan pangan tersebut. Angga memberi contoh perbandingan bahan pangan yang diperoleh dari pasar lokal terdekat dengan bahan pangan yang diperoleh secara impor yang dibeli di supermarket yang jaraknya sekian kilometer jauhnya dari rumah kita sendiri. Jejak karbon yang dihasilkan dari bahan pangan impor tentunya lebih besar daripada jejak karbon yang dihasilkan dari bahan pangan yang dibeli di pasar lokal terdekat. Bahan pangan yang diambil dari kebun sendiri, tentu tidak memiliki jejak karbon sama sekali.

Paralel dengan pertimbangan jejak ekologi dalam pengadaan pangan, terdapat pula perhitungan Life Cycle Analysis (LCA) sebuah produk pangan. Dalam LCA ini, per unit produk diukur dampaknya terhadap lingkungan dari pengadaan sampai setelah pemakaian.

Mempertimbangkan jejak ekologi serta LCA dalam pengadaan bahan pangan, kita tentu akan lebih mempertimbangkan lokalitas makanan yang kita peroleh. Dengan memilih pangan lokal, maka terdapat beberapa kontribusi kita terhadap ekologi (mengurangi terbentuknya karbon di udara) dan secara ekonomi kita lebih memenangkan sistem ekonomi moral dibandingkan ekonomi pasar. Angga menutup materinya dengan memaparkan aktor-aktor yang sudah bergerak di bidang pangan lokal dengan jejak ekologis rendah. Ia

Materi yang dibawakan oleh kedua narasumber ini mengundang banyak pendapat dan pertanyaan. Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, yang sedianya berlangsung kurang dari setengah jam, akhirnya memanjang sampai lebih dari satu jam. Diskusi berlangsung hangat di mana semua yang hadir dapat bertanya dan memberikan pendapat. Topik-topik sistem pangan yang muncul dalam diskusi antara lain adalah indikator carbon footprint, dampak lingkungan, genetic bank, tanaman perennial, kalender pangan, dan lain-lain.

Sesi diskusi dan tanya jawab berlangsung dengan hangat

Sesi diskusi dan tanya jawab diakhiri dengan pernyataan yang membawa perenungan mendalam dari Susen, tentang betapa kayanya keanekaragaman sumber daya alam dan pengetahuan pangan di Indonesia. Namun saat ini kekayaan tersebut masih kurang diolah oleh generasi masa kini. Putusnya kekayaan dan pengetahuan tersebut penting untuk disambung kembali. Tugas tersebut berada di pundak generasi muda Indonesia masa kini.

Setelah sesi tanya jawab, peserta HBK mulai praktek menubuhkan pilihan pangan berkesadaran dengan merumuskan menu makanan dan cara pengolahan, yang bahannya akan dipanen bersama langsung dari kebun KAIL. Para peserta dibagi ke dalam dua kelompok. Setiap kelompok akan membuat pilihan menu: kelompok satu membuat makanan ringan dan minuman segar, serta kelompok dua membuat pendamping nasi.


Merumuskan dan mempresentasikan menu makanan yang akan dibuat

Hasil perumusan menu pun dipresentasikan antar dua kelompok, yaitu antara lain:

1. Kelompok makanan ringan dan minuman segar, membuat: sop buah beri, setup buah jambu, wedang sereh-jahe, talas dan singkong panggang, serta sambal cabe-bawang putih-bawang merah-daun jeruk-markisa
2. Kelompok makanan pendamping nasi, yaitu : telur bebek dadar dengan daun ginseng dan kenikir, saus tomat dari campuran papaya, tomat ceri, markisa, dan talas), perkedel talas, serta tumis pepaya muda dan bunga pepaya.

Selama 2.5 jam, dari pukul 15:00 - 17:30 para peserta, staf dan relawan yang hadir melakukan panen di kebun KAIL, kemudian mengolahnya menjadi makanan dan minuman yang siap disantap bersama. Keramahtamahan dan diskusi lebih lanjut pun terjalin di sesi panen, pengolahan, hingga santap bersama.

 

 

 
Sesi panen dan mengolah pangan bersama

Acara diakhiri pada pukul 19:00 dengan refleksi bersama dari semua yang hadir. Secara umum, semua peserta termasuk panitia senang dan puas dengan keseluruhan diskusi dan praktek yang telah terlaksana sepanjang satu hari ini. Banyak pengetahuan dan kepedulian yang dibagikan bersama, untuk pilihan pangan yang lebih berkesadaran.


Refleksi akhir setelah santap bersama-sama

[LIPUTAN] Kunjungan Hari Belajar Anak ke Festival Anak Bertanya 2018: “Mengayunkan Langkah, Meniti Masa Depan”

Pagi hari Sabtu, 12 Mei 2018, dua puluh anak di Cigarugak tak sabar menanti keberangkatan mereka ke Festival Anak Bertanya (FAB) di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Institut Teknologi Bandung. Acara tersebut diselenggarakan satu kali dalam setahun oleh Komunitas Anak Bertanya. Tahun ini adalah tahun kedua kegiatan Hari Belajar Anak (HBA) Kail mengagendakan kunjungan adik-adik ke festival tersebut. Sebelum kegiatan kunjungan ini, kakak-kakak dari KAIL mengajak anak-anak untuk menabung dari awal biaya keikutsertaan mereka dengan selama dua bulan sebelum hari pelaksanaan. Biaya keikutsertaan tersebut sebesar Rp 15.000 untuk mendukung kegiatan kunjungan ini.

Persiapan keberangkatan dari Rumah KAIL

Briefing di depan Gedung Sabuga

Dengan menyewa dua buah angkutan umum, adik-adik berangkat didampingi para kakak relawan, termasuk tiga orang ibu perwakilan orang tua di Cigarugak. Pukul 8:30, rombongan adik-adik HBA Kail pun tiba di Gedung Sabuga. Rombongan dibagi menjadi tiga kelompok dengan kakak pendamping Siska, Didit dan Ayu. Masing-masing kelompok juga didampingi oleh ibu dari adik-adik Cigarugak; ada Ibu Ani, Ibu Cucun dan Ibu Neng. Sebelum berkegiatan di dalam FAB, anak-anak dibekali dengan tanda pengenal Kail, serta buku paspor dan pin Festival Anak Bertanya. Buku tersebut berisi lembar-lembar isian tentang komunitas yang berpartisipasi di FAB. Setiap anak yang memegang buku tersebut dapat melakukan pencatatan tentang apa saja hal-hal yang ditemukan di setiap komunitas yang dikunjungi dan menuliskan informasi yang ia peroleh di buku tersebut.

Untuk masuk ke acara FAB, adik-adik tidak dibebani biaya apapun. Sedangkan kakak yang sudah dewasa dibebani biaya tiket sebesar Rp 20.000,- per orang. Namun tiket tersebut dapat ditukarkan dengan makanan dan minuman yang setara dengan biaya. Setiap kelompok pun menukarkan tiket dengan minuman segar untuk dinikmati bersama. Karena sudah membawa botol dari rumah, minuman segar tersebut dibeli tanpa menggunakan kemasan plastik sekali pakai.

Berfoto bersama sebelum berkeliling



Setiap lembaga atau komunitas yang berpartisipasi di FAB, mengisi satu stan yang dapat dikunjungi oleh anak-anak. Lembaga dan komunitas tersebut memiliki fokus kegiatan pada pendidikan dan perkembangan anak-anak. Oleh karena itu, di setiap stand yang dikunjungi, sesuai fokus masing-masing, setiap lembaga/komunitas menunjukkan pameran foto, karya bahkan menawarkan anak-anak untuk mencoba aktivitas tertentu di stand mereka.


Melihat iguana di BDG-Reptil

Berkunjung ke stan Serat Pena

Beberapa di antara stan komunitas yang dihadiri oleh anak-anak antara lain: Komunitas Reptil Bandung, mengajak anak-anak untuk berkenalan dan bersahabat dengan hewan-hewan reptil seperti ular, tokek, biawak dan iguana. Di stand tersebut, anak-anak dapat mencoba memegang, merasakan tekstur permukaan kulit hewan-hewan tersebut, hingga meletakkan hewan-hewan tersebut di bahu mereka.

Di stand yang lain, Semesta Tari, anak-anak belajar mengenai seni olah tubuh. Berlanjut ke Temali, anak-anak belajar memilah sampah berdasarkan karakteristik materialnya. Di stand Bengkimut, anak-anak mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh para pengasuh Bengkimut secara menarik dan atraktif. Di stand Pahlawan Bencana, dilangsungkan penyebaran pengetahuan tentang kebencanaan yang dikemas dalam sebuah drama. Di stand Bengkel Sains Unpar, anak-anak dipandu untuk melakukan berbagai percobaan sains, antara lain membuat es krim dan simulasi pembakaran gas butana di permukaan kulit yang diselubungi oleh gelembung sabun.

Mendengarkan dongen di stan Bengkimut

Terdapat sekitar 28 stand yang diisi oleh komunitas-komunitas pendidikan dan perkembangan anak, yang menyebar di sepanjang koridor Sabuga. Di bagian tengah Sabuga, terdapat dua buah panggung, panggung depan dan panggung dalam. Panggung depan diisi dengan talkshow dari komunitas-komunitas pendukung FAB yang melibatkan anak-anak maupun orang tua. Sedangkan panggung dalam yang berbentuk auditorium, diisi dengan pertunjukan film anak dan pertunjukan seni tari maupun nyanyi dari berbagai komunitas yang ada di Bandung.

 
Kiri: Seorang adik yang semangat sekali mencoba teropong. Kanan: Mendengarkan penjelasan di stan Pahlawan Bencana

 
Kiri: Bertemu kakak-kakak dari Bandung Homeschoolers. Kanan: Adik-adik mendengarkan penjelasan pemilahan sampah

Kegiatan penjelajahan anak-anak Hari Belajar Anak  di FAB diistirahatkan pada pukul 12:00 untuk makan siang bersama di halaman luar Sabuga, sambil saling berbagi cerita pengalaman satu sama lain saat mengeksplorasi FAB. Menu makan siang bersama yang dibawa dari Kail adalah nasi bakar, tumis jamur, bala-bala, dengan buah pisang dan jeruk.

Kegiatan kunjungan lalu ditutup dengan bersama-sama menonton pertunjukan tari “Cita-Cita Manta” yang dipersembahkan oleh Semesta Tari. Kemudian, di pukul 14:30 semua anak dijemput kembali oleh angkutan umum yang disewa untuk melakukan perjalanan pulang ke Cigarugak. Senyum riang dan gembira menghiasi wajah mereka ketika kendaraan membawa mereka pergi dari pelataran Festival Anak Bertanya. Senyum puas karena mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman baru dari penjelajahan di FAB 2018. Sampai jumpa lagi di FAB tahun mendatang!

Setelah melihat pertunjukan tari, adik-adik lalu pulang dengan ceria

[INFO KEGIATAN] HARI BELAJAR KAIL: Mengambil Pilihan Pangan Berkesadaran - 27 Mei 2018


Setiap orang mengkonsumsi pangan dari berbagai sumber, setiap hari. Semua yang kita konsumsi, meresap ke dalam tubuh dan keseharian kita. Lalu menjadi kebiasaan dan kebudayaan yang kembali mempengaruhi sistem kompleks penyediaan pangan.
Pilihan berkesadaran dalam keseharian; sebuah langkah awal untuk memutus rantai masalah. Pilihan berkesadaran diharapkan dapat menjadi gerakan yang meningkatkan kualitas hidup kita, sesama, dan alam.
***


Mari bergabung dan berbagi tentang Kedaulatan Pangan dan Jejak Pangan Kita bersama Susen Suryanto dan Angga Dwiartama. Serta mendapatkan Pengalaman Pangan di Rumah KAIL mulai dari panen dari kebun, mengolah bersama-sama, hingga santap bersama di waktu berbuka puasa, dalam kegiatan:

Hari Belajar KAIL
"MENGAMBIL PILIHAN PANGAN BERKESADARAN"

Minggu, 27 Mei 2018
Pukul 10:00-19:00

di Rumah KAIL,
Kp. Cigarugak, Desa Girimekar,
Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung

Kontribusi:
Rp 60.000/peserta
(KAIL juga menerima sumbangan sukarela
untuk membantu penyelenggaraan kegiatan)

Pendaftaran:

TOR & Agenda:

Informasi:
0813-9429-0336
(SMS/Whatsapp)

Mari bergabung, mari belajar, mari berbagi bersama!



x

[LIPUTAN] Klub Cara Berpikir Sistem 28 April 2018

Sabtu 28 April 2018, alumni pelatihan Cara Berpikir Sistem berkumpul lagi di Rumah KAIl. Kali ini kegiatannya adalah menonton film dokumenter berjudul "Trashed". Film ini menceritakan tentang sampah yang dihasilkan oleh manusia saat ini telah membebani bumi dengan sangat berat. Film tentang bumi dan lingkungan sengaja dipilih karena pada bulan April bertepatan dengan perayaan Hari Bumi sedunia.

Film "Trashed" menjelaskan secara komprehensif permasalahan sampah dihadapi oleh dunia. Mulai dari kondisi sampah yang tersebar di berbagai daerah yang tidak tertata, jumlah sampah yang semakin lama semakin menumpuk, berbagai macam mekanisme pengelolaan sampah, hingga bahaya zat-zat yang terkandung dari sampah plastik.



Terdapat tujuh peserta yang hadir, yaitu Usie Fauzia, Debby Josephine, Fransiska Damarratri, Didit Indriati, Fajar Arif, Kukuh Samudra, dan Navita Astuti. Melalui film ini, peserta dituntut untuk memahami fenomena sebagai seorang pemikir sistem. Di akhir sesi, peserta diminta untuk berbagi sistem apa saja yang ada di dalam film.

Salah satu sistem yang ditangkap oleh salah satu peserta adalah sampah plastik yang membentuk sistem terbuka. Pada mula manusia menghasilkan sampah organik yang dapat diurai dan menyatu dengan tanah untuk selanjutnya diserap oleh tanaman kembali. Proses ini membentuk sistem tertutup (siklus). Namun, sampah sekarang seperti plastik, kenyataanya tidak bisa diuraikan oleh tanah sehingga jumlahnya menumpuk. Untuk mengatasi jenis sampah ini, upaya yang intervensi/usaha intensif manusia terus diperlukan.



Topik sesi berbagi meluas. Para peserta bercerita tentang suka dalam mengintervensi problem plastik di sekitar mereka. Uniknya beberapa peserta memiliki pengalaman yang kurang lebih sama. Beberapa orang terdekat, baik teman atau keluarga, mula-mula resistan secara 'halus'. Sebagai contoh ketika Usie memperingatkan keluarganya untuk membuang sampah pada tempatnya seusai camping keluarga. Label--yang lebih pas disebut sindiran--bahwa Usie merupakan "pecinta alam" langsung disematkan.

"Seringkali kita perlu mengingatkan dengan apa yang dekat dengan mereka. Waktu itu saya menggunakan argumen menyangkut agama, bahwa agama mengajarkan kebersihan.", jelas Usie. Baru setelah itu menurut Usie, keluarganya mau untuk bersama-sama memungut dan membuang sampah camping.

Cerita hampir sama juga dialami baik oleh Debby dan Didit. Pilihan untuk mengurangi sampah plastik, seringkali ditentang oleh orang terdekat karena dianggap terlalu ribet atau tidak praktis. Namun, dengan penjelasan secara perlahan, sabar, dan konsisten, beberapa orang terdekat akhirnya mau memahami.

Klub CBS adalah ruang bagi para alumni pelatihan cara berpikir sistem untuk berkumpul, berdiskusi, dan belajar lebih jauh mengenai cara berpikir sistem. Kami berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan dimulai dari yang paling ‘pokok’ dan sederhana, yaitu makanan. Konsumsi kegiatan kami usahakan berasal dari gotong royong peserta. Pada hari itu, terkumpul beberapa konsumsi antara lain:



  1. Buah nanas dari Fajar Arif
  2. Biskuit dari Usie Fauzia
  3. Roti dari Kukuh Samudra, Fransiska M. Damarratri
  4. Saus mangga dari Navita Astuti
  5. Jamu kunyit asam dari Rumah KAIL








[LIPUTAN] Pertemuan Jaringan Aktivis Lintas Bidang Garap 22 April 2018


Pada Hari Bumi tahun 2018 ini, KAIL merayakannya dengan menyelenggarakan pertemuan para aktivis dari bidang garap yang berbeda-beda. Kegiatan ini diberi nama Pertemuan JALA (Jaringan Aktivis Lintas Bidang Garap) dan diadakan di Rumah KAIL. Pada pertemuan tersebut sembilan orang aktivis berkumpul untuk saling berbagi cerita tentang bagaimana mereka memenuhi kebutuhan
pangan yang sehat dan ramah lingkungan.

Tema ini diambil karena pada bulan April, majalah Proaktif Online kembali terbit dengan mengangkat tema “Tantangan Pemenuhan Kebutuhan Pangan yang Sehat dan Ramah Lingkungan”. 

Dalam kegiatan ini para peserta diminta untuk membawa contoh makanan sehat yang dibuat sendiri yang akan digunakan sebagai lauk untuk makan siang bersama. Para peserta akan saling berbagi makanan sehat tersebut. Beragam makanan dibawa oleh para peserta, beberapa di antaranya: Debby Josephine (Debby) membawa salad yang terinspirasi dari menu Thai Beef Salad. Debby mengganti daging sapi dengan campuran jamur tiram tumbuk dan telur yang diolah dengan sedikit minyak. Olahan jamur tiram dan telur disajikan bersama sayuran lainnya seperti kemangi dan tauge. Menu yang dibawa Debby merupakan menu alternatif untuk mengganti daging sapi dalam menu makanan vegetarian.

 
Peserta dan menu makanan sehat yang dibawa masing-masing


Fransiska Damarratri (Siska) membawa tumis tempe dan sayuran yang disiram dengan saus alpukat bumbu kari. Menu saus alpukat ini merupakan alternatif pengolahan alpukat yang tidak biasa dilakukan sehari-hari di Indonesia. Navita K. Astuti (Vita) membawa aneka sayuran segar dengan sambal cabe dan bawang putih. Baginya memakan sayuran segar adalah tantangan tersendiri. Namun, dengan pertolongan sambal cabe dan bawang putih, ia dapat memakan sayuran segar dengan nikmat. Any Sulistyowati (Any) membawa masakan tempe kukus. Mengukus makanan adalah cara yang sehat, karena makanan tidak dipanaskan dengan panas yang berlebih, sehingga kandungan gizi pada makanan tetap terjaga. Selain itu, dengan mengukus makanan, tidak ada penambahan bahan lain yang merugikan tubuh, seperti minyak goreng atau tepung terigu. Mengukus makanan bisa dilakukan dengan menumpangkan bahan-bahan makanan di atas beras yang sedang ditanak (magic com), sehingga lebih hemat energi. Stefie Hendric (Stefie) membawa oleh-oleh ikan asap dari Lombok. Pengolahan ikan asap ini merupakan salah satu cara mengolah makan yang sehat karena ikan tersebut menjadi matang tanpa pemanasan tinggi, yaitu hanya dengan cara diasapkan.

Peserta dan menu makanan sehat yang dibawa masing-masing

Kegiatan berlangsung sejak jam 9 pagi dan selesai pada pukul 4 sore. Acara diawali dengan mendaftar ulang dan pemotretan makanan yang dibawa, dilanjutkan dengan dengan pembukaan dan perkenalan singkat. Setelah itu peserta diajak untuk saling berbagi cerita tentang makanan yang dibawanya, suka duka mendapatkan pangan yang sehat dan ramah lingkungan dan strategi-strategi yang telah dijalankan selama ini dipandu oleh Debby Josephine. Setelah itu, Debby mengundang Navita Kristi Astuti, penanggung jawab Proaktif Online untuk menceritakan tentang Proaktif Online, khususnya edisi yang terbit pada bulan April ini. Vita juga mengundang para relawan kontributor untuk menerima hadiah dari Proaktif.

Proaktif Online adalah majalah terbitan KAIL yang hadir sejak tahun Oktober 2003 dan sejak tahun 2012 majalah ini mulai diterbitkan dalam bentuk online. Sebanyak 55 relawan penulis berkontribusi untuk menuliskan artikel-artikel dalam edisi ini. Untuk melihat lebih lengkap isi Proaktif Online edisi ini, silakan masuk ke link berikut: www.proaktif-online.blogspot.co.id atau www.issuu.com/kail.bandung.

Setelah itu, tibalah acara yang ditunggu-tunggu, yaitu makan siang. Para peserta menyantap bersama makanan yang dibawa, sekaligus menikmati sajian menu sehat dari Rumah KAIL yang merupakan andalan hasil kebun KAIL, yaitu singkong rebus, kacang roay dan perkedel talas.
Berbagai komentar dilemparkan ketika mencicipi beragam makanan yang dibawa oleh para peserta.

“Ternyata alpukat bisa diolah dengan cara seperti ini.”

“Ikan asap sungguh lezat, meskipun pengolahan hanya dengan cara diasapkan, tanpa tambahan bumbu apapun.” 

“Semua rasa makanan ini meledak di lidah.”

Suasana keakraban dan kebersamaan kental terasa saat makan bersama. Inilah wujud rasa syukur atas pemberian bumi berupa bahan makanan yang setelah diolah mampu menghadirkan berbagai rasa pada indera pencecap semua peserta.

Setelah makan siang, Kukuh Samudra (Kukuh) mengajak peserta untuk masuk ke kegiatan santai yang ditemani dengan suguhan aneka jamu, antara lain: jamu beras kencur, kunyit asam, dan jahe kencur jeruk nipis serta kombucha. Aneka minuman ini dipilih karena berkhasiat untuk kesehatan tubuh, antara lain, meningkatkan daya tahan tubuh serta meningkatkan metabolisme tubuh.
Setelah bersantai-santai sambil menikmati minuman sehat, Debby mengajak peserta untuk beryoga bersama, khususnya gerakan stretching (peregangan) dan pose corpse yoga (berbaring seperti mayat). Tujuan dari gerakan ini adalah bersyukur atas pemberian alam kepada manusia, dan pada saat yang sama menyerahkan seluruh diri dan upaya kita hari ini ke hadirat semesta. Kegiatan ditutup dengan berbagi kesan akan kegiatan ini.

Foto bersama

Terima kasih kepada para relawan yang telah mendukung kegiatan kali ini, Fikri dan Umbu. Semoga kegiatan ini membawa inspirasi bagi para peserta dan bermanfaat untuk menjadi bekal di kehidupan sehari-hari. Sampai jumpa di JALA selanjutnya.

Menu makanan sehat yang diolah dari hasil panen Kebun KAIL dan Agrapana Soreang


Beragam makanan sehat yang dibawa oleh para peserta 

[INFO KEGIATAN] Jaringan Aktivis Lintas Bidang Garap - 22 April 2018



Memperingati Hari Bumi dan merayakan peluncuran majalah Pro:aktif Online, KAIL mengundang rekan-rekan menghadiri:

JARINGAN AKTIVIS LINTAS BIDANG GARAP (JALA)

Minggu, 22 April 2018
08:30 - 15:00 WIB


di Rumah KAIL
Kp. Cigarugak, Desa Girimekar, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung
(bit.ly/rumahkail)


Kontribusi: Potluck!
Bawalah lauk makan siang sehat dan ramah lingkungan untuk diri sendiri dan beberapa lainnya. Siapkan cerita di balik makanan tersebut untuk dibagikan ke semua!

Konfirmasi kehadiran di:
bit.ly/JALA1804

Informasi lebih lanjut:
0813-9429-0336 (WA/SMS)


Tiada kesan tanpa kehadiranmu, mari berbagi di JALA.

#kailbandung #JALAKAIL #bandung

[LIPUTAN] Pelatihan Cara Berpikir Sistem 8 April 2018

Pelatihan Cara Berpikir Sistem (CBS) angkatan ke-34 diadakan pada tanggal 8 April 2018 di Rumah KAIL. Jumlah peserta kali ini sebanyak 23 orang. Pelatihan ini didukung oleh 3 orang trainer, yaitu Fransiska Damarratri (Siska), Deta Ratna Kristanti (Deta), Debby Josephine (Debby), dan Kukuh Samudra (Kukuh). dan ada 6 orang mentor, yaitu Siska, Debby, Deta, Navita Astuti (Vita), Fikri Amri (Fikri), dan Jenal Mustofa (Jenal), serta satu relawan notulen (Linda) dan satu relawan dokumentasi foto (Tini M. Tapran).

Pelatihan CBS ini diawali dengan Sesi Perkenalan antara peserta, mentor dan trainer yang dilaksanakan di kebun KAIL, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan KAIL dan kegiatan-kegiatan KAIL yang dibawakan oleh Kukuh Samudra.


Perkenalan dan Pengantar tentang KAIL oleh Kukuh Samudra

Sesi Perkenalan CBS dibawakan oleh Fransiska Damarratri, mengenai empat kebijaksanaan dalam Cara Berpikir Sistem, yaitu : (1) Melihat realita apa adanya, (2) Fokus pada keseluruhan, (3) Solusi jangka panjang, (4) Mengenali konsekuensi yang tidak direncanakan (unintended consequences).
Beberapa pertanyaan menarik dilontarkan oleh peserta, terkait : “Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita sudah melihat secara keseluruhan atau belum? Bagaimana keseluruhan didefinisikan?” Trainer menjawab, “Model atau sistem yang kita lihat, pada dasarnya tidak akan pernah mencapai fase ‘lengkap’. Yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki model atau cara pandang kita sehingga lebih lengkap dalam memandang realitas. Yang perlu kita lakukan adalah rendah hati mengakui limitasi kita.” Trainer juga menambahkan, “Oleh karena itu, untuk mendapatkan model yang lengkap, diharapkan setiap orang dapat saling berjejaring dan bekerjasama.”


Pengantar Cara Berpikir Sistem dibawakan oleh Fransiska Damarratri

Sesudah sesi Perkenalan CBS, Debby membawakan Sesi Visioning atau Menggambar Visi. Dua puluh tiga peserta selanjutnya dibagi dalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok dimaksudkan agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif.
Setelah itu, peserta diminta berdiskusi dan menyepakati sebuah kasus. Dari kasus tadi lantas digambar visi kolektif. Sesi ini dimaksudkan untuk memudahkan peserta bekerja di sesi selanjutnya.



Sesi Visioning dan Menggambar Visi

Setelah proses menggambar visi, peserta berlatih merumuskan indikator yang menjadi turunan visi di dalam kelompok. Untuk memastikan setiap peserta paham, masing-masing peserta di dalam kelompok membuat tiga buah indikator lengkap dengan grafik behaviour over time (BoT)-nya.


Merumuskan indikator dan membuat Behavior Over Time (BOT)

Setelah lancar membuat indikator dan BoT, peserta melakukan permainan merangkai kata yang merupakan simulasi penalaran hubungan sebab akibat.
Kemudian, peserta bermain games tentang segitiga idola sebagai pengantar pemahaman kepada istilah leverage points. Kemudian dilanjutkan dengan permainan living loops yang menggambarkan tipe-tipe sistem antara lain : (1) Sistem Terbuka dan (2) Sistem Tertutup, yang terdiri dari reinforcing loop dan balancing loop.

Permainan untuk mengenali tentang sistem terbuka dan tertutup

Setelah permainan, peserta melanjutkan memperluas CLD, berlatih menemukan loop dari CLD yang telah diperluas, hingga menentukan rencana kegiatan strategis dari loop yang ditemukan.



Pelatihan CBS hari ini diakhiri dengan sharing dari setiap peserta maupun mentor dan trainer menyebutkan satu kata yang mewakili keseluruhan hari itu menurut masing-masing.

[LIPUTAN] Hari Belajar Anak 25 Maret 2018


Kegiatan Hari Belajar Anak (HBA) diadakan pada tanggal 25 Maret 2018 di Rumah Kail, dengan tema salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan. Sesuai dengan temanya, kegiatan HBA pada hari itu adalah membuat Asinan Bogor.

Foto bersama

Kegiatan dihadiri oleh sebanyak 16 (enam belas) anak warga Cigarugak. Para peserta didampingi oleh para pendamping, yaitu Siska, Didit, dan Ayu. Narasumber yang berbagi keterampilan memasak tersebut adalah Debby.

Berolahraga pagi

Kegiatan pembukaan diisi dengan pendaftaran peserta, mengukur berat dan tinggi badan masing-masing, dan berolahraga pagi. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan cerita Asinan Bogor.

Setelah mendengarkan cerita, anak diajak untuk membuat Asinan Bogor. Langkah pertama adalah merebus air untuk menjadi kuah asinan. Sambil menunggu air matang, adik memotong buah dan sayuran, seperti nanas, kedondong, jambu air, bengkuang, mentimun, dan wortel. Selesai memotong buah dan sayur, anak diajak untuk melihat cara membuat kuah asinan dengan cara memasukkan garam, gula, dan potongan cabai (sudah diambil bijinya) ke dalam air yang baru mendidih dan mengaduknya sampai rasanya dirasa pas.

  

  


Langkah-langkah membuat asinan Bogor

Kemudian, kuah asinan disiramkan pada potongan buah dan sayur sehingga jadilah Asinan Bogor yang dinikmati bersama-sama. Sisa Asinan Bogor dibawa pulang oleh peserta dengan menggunakan tempat bekal yang mereka bawa sendiri. 

Kegiatan hari ini diakhiri dengan mengisi jurnal jejak waktu pribadi dan menghitung bersama kontribusi peserta pada hari itu, yaitu sejumlah Rp 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah), yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan HBA berikutnya.