Merajut itu sulit ga sih? Pertanyaan itu pasti akan muncul di
benak setiap orang bila mendengar kata ‘merajut’. Rasa penasaran dan pertanyaan
itu berangsur akan berkurang bila kita sudah mencobanya. Bahkan, merajut itu akan
membuat ketagihan. Kenyataannya, kita tidak
bisa berhenti menggerakkan tangan untuk terus melanjutkan dan melanjutkan. Itu
yang saya alami pasca mengikuti Hari Belajar Kail (HBK). Dan saya mulai merasa
merajut itu mengasyikkan.
Minggu, tanggal 26 April 2015 lalu saya mengikuti Hari
Belajar Kail. Temanya adalah Kelas Merajut Sederhana dengan nara sumber
Agustein Okamita (Koordinator Divisi Informasi – Kail). Acara dimulai dari jam
10.30 dan diikuti oleh 6 orang peserta. Mbak Tiitin (begitu biasa dipanggil)
menjelaskan beberapa teknik dasar merajut sederhana, mulai dari hakken yang
menggunakan satu jarum dan knitting menggunakan dua jarum rajut. Untuk kedua
teknik tersebut, ternyata menggunakan jarum yang berbeda.
Target HBK hari ini adalah membuat sarung HP. Awalnya masing-masing
peserta belajar menggunakan jarum rajut dan membuat rajutan dasar. Setelah
lancar, kemudian kami merajut sesuai dengan tahapan alurnya dan disesuaikan
dengan ukuran HP yang diinginkan. Belum terlihat bentuknya, tapi semangat
peserta untuk mencoba tidak surut. Sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan
pukul 13.00 dan perut sudah keroncongan minta diisi.
Akhirnya dengan terpaksa belajar merajut ini dihentikan.
Winda, salah satu peserta seperti merasa berat beranjak dari tempat duduknya.
Sepertinya masih ada rasa penasaran di wajahnya untuk bisa menyelesaikan
rajutan tersebut. Bagi saya, merajut itu
membutuhkan kesabaran, ketelitian dan kreatifitas. Seperti keinginan anak saya,
minta dibuatkan bando atau gelang. Mereka terinspirasi dari hasil karya yang
dibuat oleh Mbak Titin. Untuk memenuhi harapan anak-anak, sampai di rumah saya
coba membuat kembali rajutan tersebut. Meski belum selesai, tapi ini cukup
membanggakan diri saya sendiri, bahwa saya bisa merajut. Anggapan selama ini
yang tertanam dalam benak saya adalah merajut itu aktivitas perempuan sekali.
Ternyata, saya bisa kalau mau belajar. Dan merajut itu memang asyik!
Kami merasa perlu
bertemu kembali untuk bisa berbagi dengan teman-teman yang lain. Bagaimana kelanjutan proses merajutnya,
perasaannya saat merajut, pengalaman apa yang didapat dan produk yang
dihasilkan. Entah apakah itu bisa difasilitasi atau tidak. Terima kasih Mbak
Titin dan Kail. (MA)
***