[LIPUTAN] Memahami Kompleksitas melalui Seni Gerak dan Tari

Liputan Hari Belajar KAIL

Pagi itu, Sabtu, 18 Maret 2017. Meski hujan mengguyur tanah Bandung sejak subuh, tapi langkah para peserta untuk hadir dalam kegiatan Hari Belajar KAIL (HBK) pun tidak surut. HBK kali ini dibawakan oleh Ratna Yulianti (Bude Ratna) dari Semesta Tari dengan tajuk “Nusantari”. HBK Nusantari dihadiri oleh 13 peserta berlatar belakang aktivis, mahasiswa, maupun peminat tari. Sesuai dengan semangat dan keahliannya, Bude Ratna mengajak para peserta untuk berlatih sekaligus memahami seluk beluk seni gerak dan tari, terutama dari budaya Nusantara Indonesia.

Bude Ratna dari Semestar Tari memberikan materi pengantar Nusantari dan berkesadaran
dalam seni gerak dan tari. (Dok KAIL)

Bude Ratna mengawali sesi pada hari itu dengan presentasi mengenai seni gerak dan tari. Ia mengawali presentasinya dengan mengungkapkan satu kata: kompleksitas. Sebuah tarian memiliki kompleksitas tertentu yang membutuhkan kesadaran dan kepekaan para pelaku tari. Ditambah lagi, dengan beragamnya budaya asal tarian di negara Indonesia, yang menambah kompleksitas antara satu tarian dengan tarian yang lain. Sebuah tarian selain memiliki aspek teknis dan memiliki aspek kontekstual yang ditinjau berdasarkan latar belakang historis, budaya atau lingkungan yang melatarbelakangi terbentuknya sebuah tarian.

Apakah tari merupakan sebuah gerakan yang indah? Ya, semua tarian adalah ekspresi keindahan. Namun, keindahan itu relatif sifatnya, tergantung selera maupun budaya yang melatarbelakangi terciptanya sebuah tarian. Bude Ratna memberi contoh tarian yang dilakukan oleh para lelaki di Flores dengan gerakannya yang bernuansa maskulin. Beliau juga memberi contoh Tari Topeng khas Cirebon yang ditarikan oleh Rasinah. Setiap tarian memiliki keindahannya masing-masing.

Sebuah tarian didukung oleh elemen-elemen dasar berikut ini: ruang, tenaga, waktu dan makna penjiwaan. Dalam sebuah tarian, tubuh yang menari membutuhkan ruang sekaligus menciptakan ruang. Tenaga, adalah energi yang dikeluarkan untuk sebuah tarian. Besar kecilnya energi dalam sebuah tarian melahirkan dinamika gerak yang keras maupun lembut. Waktu, terkait dengan pengorganisasian irama antara lagu dan gerak. Irama dapat diatur cepat atau lambat sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan elemen-elemen dasar yang mendukung sebuah tarian, Bude Ratna mengajak para peserta untuk masuk ke dalam penyusunan sebuah tari kreatif (creative dance). Para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok. Setiap kelompok diberi jenis tarian Nusantara dari tiga daerah, yaitu: Jawa, Bali dan Melayu.
Sebelum sesi kelompok, Bude Ratna mengajak peserta mengenali ruang dan diri melalui pemanasan. Selain itu peserta Pelatihan juga disuguhi panganan sehat dan jamu dari Rumah KAIL (Dok KAIL)

Kelompok-kelompok tersebut diberi waktu 30 menit untuk merancang tarian dengan ciri khas gerakan dari daerah yang dimaksud. Setiap orang di dalam kelompoknya diharapkan menyumbang satu jenis gerakan. Sesudah berlatih selama 30 menit, setiap kelompok mendapat kesempatan untuk mempertunjukkan rancangan tarian mereka.

Peserta dibagi menjadi tiga grup tari yang masing-masing berproses secara berkelompok. (Dok KAIL)

Di akhir acara, para peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman merancang tarian di dalam kelompok. Refleksi peserta cukup beragam. Di antaranya mengungkapkan bahwa dengan belajar sebuah tarian, ia menyadari kemampuan diri dan keterbatasannya. Seorang peserta pun mengungkapkan pemaknaannya bahwa dalam kompleksitas sebuah tarian, seseorang perlu memahami dan mendengarkan orang lain. Sementara peserta lain tersadar, bahwa sebuah tarian dapat memberikan sebuah pesan tertentu. Semua penari di dalam kelompok memiliki kesempatan memberikan kontribusi dan aspirasi tentang alur dan gerak tarian. Dalam hal ini, terjadi komunikasi dan proses saling memahami antar anggota tim yang memiliki latar belakang beragam.

Akhir kata, pengalaman berlatih gerak dan tari bersama Bude Ratna memberi kesempatan bagi para peserta untuk pertama-tama memahami kondisi dan diri sendiri. Selanjutnya, para peserta turut berproses memahami kondisi, kehendak, dan keberagaman yang terjadi dalam proses berkelompok. Proses memahami kompleksitas dalam tari tersebut menjadi praktek pembelajaran tersendiri bagi para peserta Hari Belajar Kail.


Foto bersama seluruh peserta setelah melaksanakan presentasi tari singkat satu sama lain. (Dok KAIL)

Tidak ada komentar: