[LIPUTAN] Hari Belajar Anak 18 Februari 2018



Kegiatan Hari Belajar Anak (HBA) diadakan pada tanggal 18 Februari 2018 di Rumah Kail, dengan tema salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan. Sesuai dengan temanya, kegiatan HBA pada hari itu adalah memasak di atas tungku. Menu yang dimasak pada saat itu adalah nasi goreng.

 
Kegiatan dihadiri oleh sebanyak 8 (delapan) anak warga Cigarugak. Jumlah adik yang hadir lebih sedikit dari biasanya, disebabkan adanya kegiatan pencak silat di Desa Cigarugak. Karena itu, kakak pendamping juga membentuk kelompok yang turut belajar cara memasak menggunakan tungku kayu. 

Kakak-kakak pendamping adik yang mengikuti kegiatan adalah Melly, Novi, Debby, Didit dan Siska. Narasumber yang berbagi keterampilan memasak adalah Didit. Sementara Bapak Enjang dari Cigarugak berbagi keterampilan membuat api menggunakan kayu bakar dan genteng tanah liat sebagai tungku.


Pak Enjang mencontohkan cara memilih kayu bakar dan menaruhnya di tungku.

  
Adik-adik memilih kayu bakar setelah mendengarkan penjelasan Pak Enjang


Kegiatan pembukaan diisi dengan pendaftaran peserta, mengukur berat dan tinggi badan masing-masing, dan bermain bersama. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan tungku dan praktek memasak nasi goreng. Kelompok memasak terbagi menjadi dua, yaitu kelompok adik-adik dan kelompok kakak-kakak.


Api tungku pun menyala


 
Setelah api menyala adik dan kakak memasak bersama

Setelah nasi goreng matang, seluruh adik dan kakak makan bersama hasil masakan mereka. Tidak lupa masing-masing mencuci piring secara mandiri. Kegiatan ini pun diakhiri dengan mengisi jurnal pribadi dan menghitung bersama kontribusi peserta pada hari itu, yaitu sejumlah Rp 24.000,- (Dua puluh empat ribu rupiah), yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan HBA berikutnya.

 
Makan nasi goreng bersama-sama

 
Mencuci piring lalu melanjutkan mengisi jurnal hari itu



[LIPUTAN] Pelatihan Cara Berpikir Sistem 11 Februari 2018


Peserta, trainer dan mentor berfoto bersama

Minggu 11 Februari 2018 Perkumpulan KAIL menyelenggarakan pelatihan “Cara Berpikir Sistem” angkatan ke-33 yang bertempat di Rumah Kail. Dalam pelatihan ini, terdapat lima trainer atau mentor yang terlibat, yaitu Kukuh Samudra, Fransiska Damarratri, Melly Amalia, Farhad Zamani, dan Muhammad Rushdi. Terlibat di hari-H adalah tim konsumsi yang terdiri dari Didit Indriani dan Teh Euis sehingga saat pelatihan para peserta bisa dengan lancar mengikuti pelatihan tanpa takut kelaparan.

Lusi, peserta dari Surabaya meyampaikan kesan mengenai Rumah KAIL dan hidangannya, “Seneng banget, di Rumah KAIL kita dijamu dengan dengan makanan sehat, buah-buahan, dan jamur-jamuran yang aku aku percaya itu sehat banget tanpa micin.”

Animo masyarakat untuk mengikuti pelatihan Cara Berpikir Sistem kali ini cukup besar. Tercatat lebih dari tiga puluh pendaftar. Menimbang kapasitas maksimal Rumah KAIL yang terbatas untuk menampung dua puluh lima peserta, kali ini panitia pun membuka formulir waiting list bagi pendaftar yang mendaftar di waktu akhir. Bagi pendaftar yang masuk  waiting list, Tim Cara Berpikir Sistem akan memberikan prioritas slot pendaftaran pelatihan berikutnya yang rencana akan diselenggarakan bulan April 2018.

Para peserta pelatihan Cara Berpikir Sistem datang dari berbagai latar belakang dan organisasi. Ada yang mendaftar secara pribadi, ada pula yang mendaftar karena secara khusus mewakili organisasi. Beberapa organisasi yang terlibat antara lain: Pematang, GAMAIS ITB, Koperasi Pendidikan Ura-Ura, Himpunan Mahasiswa Teknik Bioenergi “Rinuva” ITB, dan Turun Tangan Bandung. Catatan khusus peserta dari Koperasi Pendidikan Ura-Ura, mereka secara khusus datang jauh dari Surabaya.

Pelatihan hari itu dimulai pukul 08:30 dengan sesi perkenalan antar peserta dan tim fasilitator. Pelatihan dimulai dengan ceramah tentang perkenalan dan contoh kebijaksanaan cara berpikir sistem. Tidak hanya mendengar ceramah, dalam pelatihan ini peserta justru lebih banyak berlatih secara mandiri atau berkelompok.

Peserta bekerja di dalam kelompok


Dua puluh peserta pelatihan dibagi ke dalam lima kelompok. Di kelompok, peserta diminta untuk berpikir dan menetapkan satu kesepakatan yang menggambarkan visi mengenai dunia, kegiatan, dan capaian. Peserta diminta untuk menggambarkan harapan, impian, kegelisahaan, dan persoalan yang ingin dipecahkan dalam lima tahun mendatang. Visi kelompok ini yang selanjutnya menjadi landasan masing-masing kelompok dalam berproses selama satu hari.

Setelah menentukan visi masing-masing peserta diperkenalkan dengan instrumen cara berpikir sistem seperti indikator, perilaku terhadap waktu (behaviour over time), hingga diagram sebab-akibat (causal loop diagram).

Metode belajar dengan permainan diterapkan agar proses belajar lebih menyenangkan. Melalui permainan “segitiga idola” dan “living loops”, peserta belajar memahami leverage point.

Permainan living loop membantu peserta memahami Cara Berpikir Sistem


Setelah peserta berhasil memperluas CLD dan menemukan leverage point, proses berlanjut hingga peserta dapat menyusun rencana kegiatan strategis. Pelatihan yang semula direncanakan selesai pukul 18.00 ternyata mulur hingga 45 menit. Hal ini disebabkan para peserta sangat bersemangat untuk menceritakan hasil belajar-visi, diagram sebab-akibat, dan rencana kegiatan strategis-masing-masing kelompok.

Berikut beberapa testimoni dari beberapa peserta pelatihan:

“Kompleks banget, kita bisa berpikir secara lebih luas. Biasanya kita hanya berpikir satu aspek yaitu perspektif kita sendiri, tapi di sini kita betul-betul harus melihat korelasi dan jembatan dari tiitk itu. Dengan mengetahui titik lain, jadi lebih berdampak.” – Lusi dari Koperasi Pendidikan Ura-Ura


“Sesuatu hal yang baru bagi saya. Dari sini dapat banyak insight, kita tidak bisa parsial melihat masalah, ada banyak sudut pandang dan dialog dari berbagai stakeholder. Sintesis solusi harus melibatkan seluruh stakeholder.” – Nadine Afriza

“Aku sebetulnya ikut ini ingin melihat cara pandangku selama ini apakah sudah sesuai atau belum? Ini sangat berkesan, jadi seperti selama ini aku banyak berasumsi. Untuk Rumah Kail sendiri, aku ingin jadi relawan boleh, tidak? Karena Rumah Kail dan permakulturnya inspiratif sekali.” – Dania Sundari

“Hari ini kami berprogress dalam menentukan arah gerak sedikit-demi sedikit. Sebetulnya ini sangat bermanfaat, materi yang harus diterima oleh mahasiswa baik itu aktivis atau bukan. Karena dapat diaplikasikan untuk membuat program himpunan, tugas akhir, atau pengembangan masyarakat” – Pematang Indonesia